Kamis, 13 November 2014

SANG MUTIARA DAKWAH

KH. Drs. Abdurrazak Khaidir
Selasa, 11 November 2014 jam 11.00 WIB kabar duka merebak di seantero Jakarta. Seorang ulama besar kelahiran Tegal Parang Jakarta telah berpulang ke Rahmatullah.

KH. Drs. Abdurrazak Khaidir seorang ulama yang cukup lama berkiprah dalam kegiatan dakwah di ranah ibu kota. Bagi jamaah Masjid Baitul Mukhlisin, sosok beliau sangat dikenal. Rentang waktu lebih dari 30 tahun pernah diabdikan oleh beliau untuk mendampingi perjalanan Masjid ini. Tidak lama dari waktu kembalinya beliau ke tanah air setelah menuntut ilmu di Kairo, Mesir (1971), beliau langsung mengisi kegiatan ta'lim di Masjid ini. Senin ba'da maghrib adalah waktu yang disediakannya untuk membagi ilmu kepada jamaah masjid. Dan waktu itu tidak pernah mengalami perubahan hingga undur dirinya karena uzur kesehatan pada tahun 2012.

Beliau dikenal sebagai guru yang luas pengetahuan agamanya. lebih dari itu, beliau juga disegani sebagai guru yang bijak dan ramah senyum. Sejak awal mengajar beliau sudah memposisikan diri sebagai guru yang siap membantu jamaah untuk memahami agama secara benar. Pilihan kata dan susunan kalimatnya sederhana sehingga mudah dipahami.

Beliau merupakan salah satu teladan bagi para penuntut ilmu. Kegigihan dan kesabarannya dalam menjalani proses belajar menjadi contoh yang sangat baik. Kemantapan hatinya untuk menuntut ilmu mendapat sambutan yang sangat baik dari guru-gurunya. Diantara guru beliau yang sangat mendukung cita-citanya menjadi santri yang sukses dalam pemahaman ilmu agama adalah Habib Ali bin Abdurrahman AlHabsyi, Kwitang dan KH. Abdullah Arfan Baraja, Pekojan.
Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi

Diantara bukti kedekatannya dengan gurunya, suatu malam beliau pernah bermimpi diajak jalan-jalan nbaik delman oleh Habib Ali bin Abdurrahman AlHabsyi. Rute perjalanannya ke arah Selatan kota Jakarta. Di tengah perjalanan, Habib Ali sempat mengatakan bahwa di wilayah Selatan Jakarta itulah beliau nantinya akan turun berdakwah. Impian itu sangat membekas dalam ingatannya. Sekian waktu kemudian ia pun mengerti makna dari perkataan Sang Guru. Kegiatan dakwahnya memang beredar lebih banyak di wilayah Selatan Jakarta.

Kedekatannya dengan guru juga dirasakannya pada KH. Abdullah Arfan Baraja. KH. Arfan terkenal sebagai ulama betawi yang kemampuan bersyairnya diakui oleh ulama di Timur Tengah. Kepada KH. Arfan beliau sempat memperdalam bahasa Arab sebelum keberangkatannya ke Mesir. Bahkan perjalannya menuju Mesir juga mendapat bantuan dari KH. Arfan. Beliau yang tidak memiliki cukup ongkos untuk berangkat ke Mesir dititipkan Sang Guru kepada rombongan jamaah tabligh yang hendak berangkat ke Pakistan. Dari Pakistan beliau kemudian melanjutkan perjalanan ke Mesir. Lewat bantuan jamaah tabligh itu akhirnya beliau dapat mencapai Mesir. 

Kesempatan yang beliau dapat untuk belajar di negeri idamannya itu merupakan anugerah besar baginya. Anugerah itu beliau dapatkan lewat perjuangan yang tidak putus-putus. Beliau seringkali menganjurkan murid-muridnya untuk membiasakan shalat malam. Hal itu diungkapkan sebagai bagian dari syukur nikmatnya atas anugerah yang telah diraih. Sebagai putera dari keluarga sederhana, kesempatan belajar di Mesir nyaris seperti impian kosong. Dari hasil menyabit rumput sebagai mata pencaharian sehari-hari tetapi dapat belajar di negeri yang jauh. Siapa memiliki wirid akan mendapatkan warid.

Mutiara dakwah masyarakat ibukota

KH. Abdurrazak Khaidir memang salah satu mutiara dakwah ibukota. Prestasi yang diraihnya terbilang istimewa. Dalam usia muda beliau sudah dapat meraih posisi yang mulia. KH. Faishal Asmawi, salah seorang menantunya, sempat mengungkapkan bahwa beliau pernah menjadi pembimbing KH. Abdullah Syafii (pendiri Perguruan Asy-Syafiiyyah) dalam membaca kitab kuning. Di kampungnya sendiri beliau cukup disegani. 

Dikabarkan, dahulu kala di kampung Tegal Parang sering terjadi perkelahian antar kelompok masyarakat. Sering kali keributan itu dapat dilerai setelah beliau dihadirkan di lokasi perseturuan. Beliau yang terbilang masih muda kala itu sangat disegani oleh warga kampung. Dengan kewibawaannya beliau dapat meredam emosi warga yang sedang bergejolak. 

Lelaki teladan

Sebagai lelaki KH. Abdurrazak Khaidir berpenampilan yang sangat memikat. Wajahnya cukup tampan. Senyumnya menawan. Tinggi badan terbilang ideal. Kelebihan fisiknya itu tidak membuatnya lupa diri. Beliau sangat mensyukuri kelebihannya dengan memilih pakaian yang indah dipandang mata. Sehingga murid-muridnya senang berlama-lama mengaji ilmu padanya. Tutur katanya tersusun baik. Perilakunya dalam membina keluarga menjadi contoh yang sangat indah.

Beliau memiliki seorang istri dan beberapa orang anak yang sangat dicintainya. Beliau berhasil mendidik anak-anaknya menjadi orang baik-baik. Tak ayal dua orang anak perempuannya dipinang oleh lelaki berpendidikan. Kelak keduanya akan menjadi penerus dakwah beliau. Kedua menantunya itu kini sudah cukup dikenal di kalangan santri Jakarta. Mereka adalah KH. Faishal Asmawi. Lc. dan Ust. H. Hasan Fahmi, Lc.

Istrinya juga dikenal sebagai pendakwah. Ust. Khalilah cukup dikenal di kalangan majelis ta'lim kaum ibu di kota ini. Ketika istri yang dicintainya itu meninggal dunia, beliau sangat kehilangan. Istri yang shalihah memang perhiasan yang tak ada bandingnya. Dan beliau pun kini telah pergi menyusul kepergian istrinya ke tempat yang terindah. Semoga Allah melipatgandakan ganjaran kebaikan bagi keduanya. Surga Jannatunna'im menjadi tempat yang layak bagi keduanya. Amin ya Rabbal 'Alamin.